Artikel Kebudayaan Daerah dan Filosofinya







Nama anggota kelompok:
-        Achmad Hariadhi Putra (10218079)
-        Fadia Rakhmita Nauli (12218367)
-        Nesha Medilah (15218277)
-        Ridwan Zuhdy (16218124)
-        Utami Dyah Proborini (17218186)


Solo


1. Kebaya


Kebaya merupakan busana tradisional yang umumnya telah dikenal di seluruh Indonesia, namun kebaya lebih identik dipakai oleh wanita-wanita Jawa.Model dan jenis kebaya nya pun berbeda disetiap daerah yang tersebar diseluruh wilayah Jawa.Jawa Tengah memiliki model kebaya tersendiri, kebaya yang biasa dipakai wanita jawa tengah biasanya model kebaya Solo/ Surakarta.Solo merupakan daerah yang dikenal sebagai wilayah keraton dan kerajaan yang masih kental dengan nuansa-nuansa kerajaan.Kebaya khas jawa tengah pada umumnya adalah kebaya yang terbuat dari kain beludru hitam, brokat, atau nilon.Dewasa ini, baju kebaya panjang merupakan pakaian untuk upacara perkawinan.Kebaya panjang kebanyakan terbuat dari kain beludru hitam atau merah tua, yang dihiasi pita emas di tepi pinggiran baju.Kain jarik batik yang berlipat (wiron) tetap diperlukan untuk pakaian ini, tetapi biasanya tanpa memakai selendang.Sanggulnya dihiasi dengan untaian bunga melati dan tusuk konde dari emas. Sedangkan, perhiasan yang dipakai juga sederhana, yaitu sebuah sisir berbentuk hampir setengah lingkaran yang dipakai di sebelah depan pusat kepala. Baju kebaya panjang yang dipakai sebagai busana upacara biasa, maka tata rias rambutnya tanpa untaian bunga melati dan tusuk konde.
Kebaya model R.A Kartini juga termasuk dalam kebaya khas Jawa Tengah. Kebaya R.A Kartini ini merupakan kebaya yang masih sangat menganut adat-istiadat orang Jawa. Kebayanya dibuat dari berbagai jenis bahan katun, baik yang polos satu warna seperti merah, putih, kuning, hijau, biru dan sebagainya maupun bahan katun atau brokat yang berbunga atau bersulam, menggunakan stagen sebagai ikat pinggang. Kalangan wanita di Jawa, biasanya baju kebaya mereka diberi tambahan bahan berbentuk persegi panjang di .bagian depan yang berfungsi sebagai penyambung (kuthubaru).

Filosofi Kebaya
            Bagi seorang wanita Jawa, kebaya bukan hanya sebagai sebatas pakaian.Lebih dari itu kebaya juga menyimpan sebuah filosofi tersendiri.Sebuah filosofi yang mengandung nilai-nilai kehidupan.Keberadaan kebaya di Indonesia bukan hanya sebagai menjadi salah satu jenis pakaian.Kebaya memiliki makna dan fungsi lebih dari itu.Bentuknya yang sederhana bisa dikatakan sebagai wujud kesederhaan dari masyarakat Indonesia.Nilai filosofi dari kebaya adalah kepatuhan, kehalusan, dan tindak tanduk wanita yang harus serba lembut.Kebaya selalu identik dipasangkan dengan jarik atau kain yang membebat tubuh. Kain yang membebat tubuh tersebut secara langsung akan membuat siapapun wanita yang mengenakannya kesulitan untuk bergerak dengan cepat. Itulah sebabnya mengapa wanita Jawa selalu identik dengan pribadi yang lemah gemulai.
Menggenakan kebaya akan membuat wanita yang mengenakannya berubah menjadi seorang wanita yang anggun dan mempunyai kepribadian. Potongan kebaya yang mengikuti bentuk tubuh mau tidak mau akan membuat wanita tersebut harus bisa menyesuaikan dan menjaga diri. Setagen  yang berfungsi sebagai ikat pinggang, bentuknya tak ubah seperti kain panjang yang berfungsi sebagai ikat pinggang. Namun justru dari bentuknya yang panjang itulah nilai-nilai filosofi luhur ditanamkan, merupakan symbol agar bersabar/jadilah manusia yang sabar, erat kaitannya dengan peribahasa jawa “dowo ususe” atau panjang ususnya yang berarti sabar.

2.Kirab malam 1 Suro


 Kirab malam 1 Suro sampai sekarang selalu menjadi momentum yang paling meriah.Di acara ini, Keraton Surakarta rutin menggelar ritual Jamas dan Kirab Pusaka Keraton.Dari rangkaian acara ritual itu, yang paling ditunggu warga Solo adalah arak-arakan kebo bule Kyai Slamet.Tampilnya kebo bule Kyai Slamet dalam kirab ini sebagai perpaduan antara legenda dan sage (cerita rakyat yang mendewakan binatang). Mengutip dari laman situs web Kepustakaan Keraton Nusantara disebutkan bahwa sosok kerbau dihadirkan dalam kirab dan diikuti oleh para abdi dalem dan rakyat, sebagai simbol legitimasi keraton atas rakyatnya yang sebagian besar petani. Peran kebo bule Kyai Slamet adalah sebagai simbol kekuatan yang secara praktis digunakan sebagai alat pengolah pertanian, sumber mata pencaharian hidup bagi orang-orang Jawa.Simbol kebo bule Kyai Slamet adalah sebuah visi raja yang secara harfiah merupakan visi Keraton Surakarta yang ingin mewujudkan keselamatan, kemakmuran, dan rasa aman bagi masyarakatnya.


Riau

Tari tradisional merupakan bentuk tarian yang sudah lama ada, diwariskan secara turun-temurun, serta biasanya mengandung nilai filosofi, simbolis, dan religious. Sebelum bersentuhan dengan pengaruh asing, suku bangsa di kepulauan indonesia sudah mengembangkan seni tarinya tersendiri. Tari tradisional indonesia mencerminkan kekayaan dan keanekaragaman bangsa indonesia. Beberapa tradisi seni tari seperti ; tarian bali, tarian jawa, tarian sunda, tarian minangkabau, tarian palembang, tarian melayu, tarian aceh, dan masih banyak lagi adalah seni tari yang berkembang sejak dahulu kala, meskipun demikian tari ini tetap dikembangkan hingga kini ,Kebudayaan melayu yang berkembang dengan sangat pesat di masa masa lampau mewariskan peradaban yang tidak ternilai kepada masyarakat adat di tanah sumatra,salah satu yang menjadi pewaris kebudayaan tersebut,adalah Masyarakat melayu di Provinsi Riau kita bisa melihat bagaimana mansurnya peninggalan melayu tersebut salah satunya dalah tarian tradisionalanya,nah apa sajakah tarian tradisional yang berasal dari Riau/Pekan baru tersebut:

1. Tari zapin 





Tari zapin adalah khazanah tarian rumpun melayu yang menghibur sekaligus sarat pesan agama dan pendidikan.Tari zapin ini memiliki kaidah dan aturan yang tidak boleh diubah dari masa ke masanamun keindahannya tak lekang begitu saja.Tari tradisional dari riau ini diiringi oleh alat musik tradisional riau yaitu marwas dan gambus.Tari zapin ini mempertontonkan gerak kaki cepat mengikuti hentakan pukulan pada gendang kecil yang disebut marwas.Dahulu tari zapin ditarikan di atas tikar madani dan tikar tersebut tidak boleh bergoyang atau bergeser sedikitpun sewaktu menarikan tari zapin tersebut.Gerak dan ritme tari zapin merupakan media utama untuk mengungkapkan ekspresi penarinya. Darinya Anda dapat meresapi pengalaman kehidupan, peristiwa sejarah, dan keadaan alam yang menjadi sumber gerak dalam tari zapin.Adapun kostum dan tata rias para penari zapin lelaki mengenakan baju kurung cekak musang dan seluar, songket, plekat, kopiah, dan bros. Sementara untuk penari perempuan berupa baju kurung labuh, kain songket, kain samping, selendang tudung manto, anting-anting, kembang goyang, kalung, serta riasan sanggul lipat pandan dan conget.Tari ini banyak dipengaruhi oleh budaya Arab dan sarat kandungan agama dan tata nilai.Tarian ini mempertontonkan gerakan kaki cepat mengikuti pukulan gendang (marwas). Zapin awalnya hanya dilakukan penari lelaki namun kini penari perempuan juga ditampilkan.

2. Tari persembahan (tari makan sirih)


Pada awalnya tari persembahan di Riau terdiri dari beberapa variasi, namun pada sekitar tahun 1957 tari persembahan ini dibakukan dan lahirlah tari makan sirih.Pari makan sirih kini menjadi tari persembahan yang diciptakan oleh seniman-seniman Riau.Sosialisasi Pembakuan Tari Persembahan ini dilakukan dengan tujuan agar dikenal oleh lapisan masyarakat Riau pada khususnya dan Indonesia pada umumnya.Tarian Makan Sirih dari Riau ini diiringi musik khas Melayu yang rancak dengan diiringi pula oleh lagu berjudul makan sirih.Adapun kostum yang dilakukan oleh penari Makan sirih memakai busana adat khas Melayu, yakini celana, baju, dan kopiah untuk yang pria.Sedangkan yang perempuan Para penari mengenakan baju yang biasa dipakai mempelai perempuan, yaitu baju adat yang disebut dengan baju kurung teluk belanga.Pada bagian kepala, terdapat mahkota yang dilengkapi dengan hiasan-hiasan berbentuk bunga.Sementara, bagian bawah tubuh para penari dibalut oleh kain songket berwarna cerah.Tari Makan Sirih dilakukan oleh pria dan wanita.Para  penari Tari Makan Sirih wajib untuk memahami istilah-istilah khusus dalam tarian Melayu. Milsanya igal (menekannkan gerakan tangan dan badan), liuk (gerakan menundukan atau menayunkan badan), lenggang (berjalan sambil menggerakkan tangan), titi batang (berjalan dalam satu garis seolah meniti batang), gentam (menari sambil mengentakkan tumit kaki), cicing (menari sambil berlari kecil), legar (menari sambil berkeliling 180 derajat), dan lain-lainnya.Tari Persembahan yang biasanya digunakan untuk menyambut tamu atau pembukaan acara-acara tertentu. Tarian ini menggambarkan bahwa orang melayu Riau menghargai hubungan persahabatan dan kekerabatan.

3.Tari malemang


Tari Melemang merupakan tarian tradisional yang berasal dari Tanjungpisau Negeri Bentan Penaga, kecamatan Bintan, Kabupaten Bintan Provinsi Kepulauan Riau.Tari Bintan pada awalnya hanya ditarikan dikalangan istana saja, yaitu tepatnya sejak abad ke 12. Menurut informasi bahwa pada masa lalu tarian ini hanya dipersembahkan bagi Raja ketika sang Raja sedang beristirahat. Karena merupakan tarian istana, tari Melemang ditarikan oleh para dayang kerajaan Bentan.Namun sejak Kerajaan Bentan mengalami keruntuhan, tari Melemang berubah menjadi pertunjukan hiburan rakyat.Tari Melemang yang merupakan tari tradisional Kepulauan Riau ini dimainkan oleh 14 orang, diantaranya seorang pemain berperan sebagai Raja, seorang berperan sebagai permaisuri, seorang berperan sebagai puteri, empat orang sebagai pemusik, seorang sebagai penyanyi, serta enam orang sebagai penari. Adapun 4 orang yang merupakan pemusik, memainkan musik yang berasal dari beberapa alat musik yaitu kodian (akordion), gong, piul (biola), dan tambur.Para pemain wanita pada pertunjukan tari Melemang mengenakan baju kurung panjang sebagai atasan dan kain atau sarung panjang sebagai bawahan.Sementara pemain lelaki mengenakan baju kurung panjang sebagai atasan dan celana panjang sebagai bawahan.Sebagai pelengkap kostum, pemain lelaki juga mengenakan topi atau kopiah berwarna hitam.Tarian yang memadukan unsur tari, musik, dan menyanyi ini mengisahkan tentang kehidupan kerajaan dan dipentaskan oleh 14 orang yang masing-masing memainkan peran.Kata melemang sendiri berarti berdiri sambil membongkokkan badan ke belakang dan hal ini memang tampak pada kecakapan serta kegesitan para penari dalam mengambil sesuatu, misalnya uang receh atau sapu tangan.Kini, tari Melemang sudah menjadi pertunjukan hiburan rakyat dengan durasi sekitar satu jam.


4. Tari mak yong




Di Indonesia sendiri tari Mak Yong berkembang dari Riau, Lingga, yang pernah menjadi pusat pemerintahan Kerajaan Johor. Perbedaan dengan Mak Yong di daerah Kelantan yang tidak menggunakan topeng, Mak Yong di Batam dan Bintan menggunakan topeng untuk sebagian karakter dayang Raja, Puteri, penjahat, setan, dan semangat, sama seperti yang dipraktekan di Nara Yala. Pada akhir abad lalu, Mak Yong bukan saja menjadi pertunjukan harian, tetapi juga sebagai adat istiadat raja memerintah.Tarian ini adalah jenis dramatari yang sangat dipengaruhi oleh budaya Melayu.Tarian makyong diperkirakan telah ada di Riau hampir seabad yang lalu dan sering kali dipentaskan di pematang sawah selepas memanen padi.Tarian tersebut dipentaskan oleh penari-penari topeng dan diiringi alat musik seperti rebab, gendang, dan tetawak.

5. Tari Suku Melaut Teluk Meranti


Tarian yang berpijak pada tradisi masyarakat di Kabupaten Pelalawan, khususnya Suku Laut di Kecamatan Teluk Meranti yang biasa menggunakan Ambong sebagai alat untuk mengumpulkan dan membawa Niau (Kelapa).Pada garapan tari ini digambarkan bahwa ambong sebagai properti tari dapat dimainkan juga sesuai dengan kebiasaan masyarakat memperlakukan ambong itu.Ambong dipikul, ambong dijunjung, ambong dihentak, ambong digoyang, ambong digegar, ambong ditungkup.

Bengkulu         

Ritual Tabot




Berikut filosofinya:

Di Bengkulu perayaan Tabot pada mulanya dibawa dan dikembangkan oleh orang-orang India asal Siphoy yang dating bersama datangnya tentara Inggris ke Bengkulu tahun 1685.Mereka datang ke Bengkulu dari Madras-Benggali India bagian selatan, bersama-sama bangsa Inggris semasa pendudukannya di Bengkulu. Salah satu pendatang tersebut adalah Ulama Syiah bernama Syeh Burhanuddin yang kemudian lebih dikenal dengan nama Imam Senggolo. Beliau lah yang pertama kali memperkenalkan upacara Tabot kepada masyarakat Bengkulu yang berasa disekitar Benteng Marlborough pada saat itu.Upacara ini selanjutnya diwariskan kepada anak cucu keturunannya yang kemudian diantaranya ada yang berasimilasi dengan orang Bengkulu.
Sejarah Singkat Perkembangan Tabot
Upacara tradisional yang dinamakan dengan “Tabot” dan sering juga diucapkan dengan nama “Tabut”, di lain daerah yaitu Sumatera Barat dikenal dengan nama “Tabui” adalah merupakan upacara berkabung Kaum Syi’ah. Karena upacara ini sudah cukup lama tumbuh dan berkembang di sebagian masyarakat Kota Bengkulu, maka akhirnya dipandang sebagai upacara tradisional orang Bengkulu.Baik dari kalangan kaum Sipai maupun oleh seluruh masyarakat Melayu Bengkulu.Dengan demikian jadilah Upacara Tabot sebagai Upacara Tradisional dari suku Melayu Bengkulu.Seperti telah diuraikan sebelumnya, nama “Tabut” berasal dari kata Arab yaitu Tabut, yang secara harfiah berarti Kotak Kayu atau peti. Konon menurut kepercayaan kaum Bani Israil pada waktu itu bahwa bila Tabut ini muncul dan berada di tangan pemimpin mereka, akan mendatangkan kebaikan bagi mereka. Namun sebaliknya bila Tabut tersebut hilang maka akan dapat mendatangkan malapeta bagi mereka.Di Bengkulu sendiri, upacara Tabot ini merupakan upacara hari berkabung  atas gugurnya Syaid Agung Husein Bin Ali Bin Abi Thalib, salah seorang cucu Nabi Muhammad SAW. Inti dari upacara tersebut adalah mengenang usaha dan upaya para pemimpin Syi’ah dan kaumnya yang berupaya mengumpulkan bagian-bagian dari jenazah Husein.Setelah semua bagian tubuhnya terkumpul kemudian diarak dan dimakamkan di Padang Karbala.Seluruh upacara berlangsung selama 10 hari, yaitu dari tanggal 01 sampai dengan 10 Muharram. Adapun tahapan dari upacara Tabot tersebut adalah sebagai berikut : Mengambil Tanah, Duduk Penja, Menjara, Meradai, Arak Penja, Arak Serban, Gam (masa tenang/berkabung) dan Arak Gedang serta Tabot terbuang.

Prosesi Ritual Tabot

Upacara Tabot di Bengkulu mengandung aspek ritual dan non ritual.Aspek ritual hanya boleh dilakukan oleh Keluarga Keturunan Tabot yang dipimpin oleh sesepuh keturunannya langsung, serta memiliki ketentuan-ketentuan khusus dan norma-norma yang harus ditaati oleh mereka.Sedangkan acara yang mengandung aspek non ritual dapat diikuti oleh siapa saja.Upacara Tabot yang dilaksanakan setiap tahun oleh Keluarga Keturunan Tabot merupakan prosesi ritual yang dimaknai sebagai symbol-simbol perjuangan dan untuk mengenang gugurnya cucu Nabi Muhammad yang bernama Husein.Adapun tahapan prosesi ritual tersebut adalah sebagai berikut:

1. Mengambil Tanah (01 – 04 Muharram)
Upacara ini berlangsung pada malam tanggal 01 Muharram, yaitu sekitar pukul 22.00 Wib.Tanah yang diambil tersebut merupakan tanah yang dianggap mengandung nilai magis.Oleh sebab itu pengambilan tanah tersebut harus dilakukan pada lokasi tertentu, yakni pada tempat yang dianggap keramat menurut mereka. Lokasi tersebut hanya ada dua tempat di Kota Bengkulu, yaitu :

a. Keramat Tapak Paderi
Yang terletak di tepi laut berjarak sekitar 100 meter kea rah utara dari Benteng Marlborough. Di sebuah ujung karang yang lebih tinggi dari permukaan pantai, di sudut kanan Pelabuhan Lama.
b. Keramat Anggut
Yang terletak di pekuburan umum Pasar Tebek dekat Tugu Hamilton di sebelah Hotel Grage Horison Bengkulu
Upacara ini diibaratkan sebagi tanda melakukan musyawarah dalam menghadapi peperangan, upacaranya dilengkapi dengan sesajen berupa bubur merah putih, gula merah, sirih 7 subang, rokok 7 batang, air kopi pahit, air serabot (jahe), air susu sapi murni, air cendana dan air selasih, kemudian sesajen dido’akan dan ditinggalkan di lokasi pengambilan tanah. Sesudah sesajen dido’akan, mengambil tanah dua kepal, sekepal diletakkan di Gerga (diibaratkan sebagai Benteng).

2. Duduk Penja
Penja adalah benda yang berbentuk telapak tangan manusia lengkap dengan jari-jarinya, oleh karena itu penja ini disebut juga jari-jari.Dalam setiap kelompok keturunan Tabot terdapat sepasang penja, yang terbuat dari kuningan atau tembaga dan ada juga yang terbuat dari bahan perak. Penja ini menurut keluarga Sipai adalah benda keramat yang dipercaya mengandung kekuatan magis, oleh sebab itu maka harus dirawat, dicuci dengan air bunga dan air limau (jeruk) setiap tahunnya. Prosesi upacara mencuci Penja ini disebut dengan “Duduk Penja”.

Duduk Penja dilakukan di rumah seorang sesepuh keluarga Tabot, pimpinan dari kelompok keluarga Tabot bersangkutan, waktunya pada tanggal 05 Muharram sore hari.Penja (pending jari-jari), merupakan bentuk jari-jari tangan yang terbuat dari tembaga/kuningan, kemudian disimpan di dalam bakul di tempat di dalam rumah Keluarga Keturunan Tabot (KKT). Dengan diawali menurunkan Penja untuk dicuci, dilengkapi dengan sesajen yang terdiri dari air serobat, air susu murni, air kopi pahit, air cendana dan selasih, jeruk nipis, pisang emas dan tebu serta nasi kebuli dan emping. Setelah cuci Penja tersebut, didudukan diatas pelepah rembio yang ditutup dengan kelambu dan diletakkan di dalam Gerga.Selama upacara tersebut diiringi dengan bunyi-bunyian Dol (alat music berupa tamburin) dan Tassa.

3. Menjara
Menjara artinya mengandung (bahasa Bengkulu) atau berkunjung dengan mendatangi kelompok keluarga yang lain untuk beruji Dol (lomba membunyikan Dol). Dol merupakan alat music tradisional masyarakat melayu Bengkulu. Pada acara Tabot, menjara ini dilakukan dua kali pada dua tempat, yaitu : pada tanggal 06 Muharram kelompok Tabot Bangsal mendatangi kelompok Tabot Berkas dan pada tanggal 07 Muharram, sebaliknya kelompok Tabot Berkas mendatangi kelompok Tabot Bangsal. Acara ini berlangsung dilapangan terbuka yang disiapkan oleh masing-masing kelompok dan dilakukan pada sekitar pukul 20.00 Wib hingga pukul 23.00 Wib.Upacara Menjara merupakan sebuah perjalanan panjang di malam hari.Menjara atau beruji Dol ditamsilkan sebagai saat-saat terjadinya peperangan antara Husein dan Kaum Yazid.Ritual menjara (saling menyerang) dilakukan di lapangan terbuka dengan diiringi bunyian Dol dan Tassa yang bertalu-talu pada malam hari sekitar pukul 20.00 s/d 24.00 Wib.

4. Meradai
Acara meradai ini dilakukan pada tanggal 06 Muharram, pelaksanaan acara ini disebut juga dengan Jola, yaitu sekelompok anak-anak yang berusia antara 10 s/d 12 tahun.Acara meradai ini dilakukan di dalam Kota Bengkulu, yang waktunya dilaksanakan pada siang hari.Agar acara ini tidak terjadi tumpang tindih terhadap sasaran, maka sebelumnya dilakukan kesepakatan antara pimpinan kelompok dimana lokasi untuk masing-masing kelompok.Selanjutnya sebelum para Jola turun ke lapangan menjalankan tugasnya, mereka mendapatkan pengarahan dari pimpinan kelompok yang menugaskannya.Di dalam menjalankan tugasnya para Jola harus mengikuti aturan dan petunjuk yang telah ditetapkan.

5. Arak Penja
Arak Penja atau disebut juga Arak Jari-jari, dilaksanakan pada malam ke delapan dari bulan Muharram.Di mulai sekitar pukul 19.00 Wib hingga pukul 21.00 Wib dengan menempuh rute yang telah ditentukan bersama pada jalan-jalan utama dalam Kota Bengkulu. Pada acara ini setiap kelompok Tabot akan mengirimkan regunya sekitar 10-15 orang, yang sebagian besar terdiri dari anak-anak dan remaja. Acara ini dimulai dan berakhir di depan Rumah Kediaman Jabatan Gubernur Bengkulu.

6. Arak Serban
Arak Serban / Sorban berlangsung pada malam ke Sembilan bulan Muharram yang dimulai sekitar pukul 19.00 s/d 21.00 dengan star dan finish ditentukan oleh Kelompok keluarga Tabot bersama dengan Pemerintah daerah. Benda yang diarak selain penja, ada juga Serban / Sorban putih diletakkan pada Tabot Coki (Tabot Kecil), dilengkapi dengan bendera / panji-panji berwarna putih dan hijau atau biru yang bertuliskan “Hasan dan Husein” dengan huruf kaligrafi yang indah.

7. Gam (masa tenang / berkabung)
Satu dari tahapan Upacara Tabot yang sangat penting dan harus dilakukan adalah “Gam”, suatu waktu yang telah ditentukan dengan tidak melukan aktifitas apapun. Gam sendiri berasal dari kata “ghum” yang berarti tertutup atau terhalang. Masa Gam ini berlangsung pada pukul 07.00 Wib sampai dengan sore hari kira-kira pukul 16.00 Wib, dimana pada waktu tersebut semua aktifitas yang berkenaan dengan upacara Tabot tidak boleh dilakukan termasuk menyembunyikan Dol dan Tassa. Jadi masa Gam ini dapat disebut juga masa tenang.

8. Arak Gedang
Arak gedang merupakan prosesi upacara Tabot yang ditunggu-tunggu oleh masyarakat Bengkulu. Arak gedang dilaksanakan pada tanggal 09 Muharram atau malam ke 10 Muharram, yang dimulai sekitar pukul 19.00 Wib dengan diawali acara ritual pelepasan Tabot bersanding di Gerga masing-masing. Selanjutnya diteruskan dengan Arak Gedang, yaitu group Tabot bergerak dari markas masing-masing secara berombongan dengan menempuh rute yang telah ditentukan.Di jalan protocol semua Tabot bertemu sehingga membentuk Arak Gedang (Pawai Akbar) menuju lapangan utama.

9. Tabot Terbuang
Acara terakhir dari rangkaian Upacara Ritual Tabot adalah acara Tabot terbuang. Acara ini dimulai pada pukul 09.00 Wib seluruh Tabot telah berkumpul di Lapangan Merdeka di depan rumah jabatan Gubernur Bengkulu. Tabot-tabot disandingkan yang diikuti oleh masing-masing personil kelompok tabot.Pada sekitar pukul 10.00 Wib arak-arakan Tabot dilepas oleh Gubernur Bengkulu untuk menuju komplek pemakaman umum Karabela. Tempat ini menjadi lokasi acara ritual tabot terbuang karena di sana dimakamkan Imam Senggolo (Syeh Burhanuddin) pelopor upacara Tabot di Bengkulu. Dengan berakhirnya Tabot terbuang maka berakhirlah semua prosesi ritual upacara Tabot.

Tabot Sebagai Pesona Wisata Budaya

Masyarakat Bengkulu sangat memahami bahwa Tabot adalah suatu upacara tradisional yang bersifat ritual yang dilaksanakan setiap tahun terutama oleh Keluarga Kerukunan Tabot dengan mengikuti calendar Islam yaitu tanggal 01-10 Muharram. Dipandang dari sisi pariwisata, keunikan bentuk dan upacara Tabot yang bersifat ritual tersebut dapat menjadikan atraksi tersendiri bagi wisatawan untuk dapat dinikmati.Seiringan dengan perjalanan waktu, upacara Tabot ini akhirnya berkembang dalam bentuk atraksi budaya dan hiburan rakyat di Bengkulu.
Dalam rangka pembangunan kepariwisataan nasional dan daerah, pemerintah melihat bahwa prosesi upacara Tabot telah dijadikan salah satu event nasional yang dilaksanakan setiap tahun yang dikemas dalam suatu kegiatan Festifal.Kegiatan ini diharapkan dapat menarik kunjungan wisatawan ke Bengkulu, baik itu wisatawan domestic maupun wisatawan mancanegara. Pemerintah juga berharap kepada seluruh stakeholder baik itu instansi pemerintahan, swasta dan masyarakat serta partisipasi provinsi dan kabupaten lain dalam mensukseskan Festival Tabot sebagai peristiwa utama (Major event) Pariwisata Provinsi Bengkulu.

Kegiatan Festifal Tabot:

1. Kegiatan Utama

a. Upacara Pembukaan
Upacara Pembukaan dilaksanakan pada pukul 19.00 Wib yang dibuka oleh Pejabat Pemerintah Daerah atau Pejabat Pemerintah yang telah di atur oleh panitia.

b. Upacara Prosesi Tabot Sakral
Berjalan sesuai dengan tahapan, dilain tempat Festival Tabot juga dilaksanakan.
Pembuatan Tabot Sakral dilakukan oleh masing-masing keluarga keturunan Tabot, sedangkan Tabot Pembangunan dapat dilakukan oleh semua dinas/instansi sebagai wujud partisipasi dalam meramaikan perayaan festival Tabot.Pada malam-malam 01 s/d 09 Muharram festival Tabot dimeriahkan oleh berbagai perlombaan yang berkenaan dengan Tabot dan ditampilkan juga berbagai kelompok kesenian daerah atau etnis sebagai wujud kebersamaan dalam mengisi pembangunan. Bersamaan dengan itu, Arak Gedang / Tabot sanding dilangsungkan sekitar pukul 20.00 Wib di lapangan terbuka, dengan sebelumnya sekitar pukul 06.00 s/d 15.00 Wib bunyi-bunyian Dol dan Tassa dilarang untuk dibunyikan hingga “Tabot Naik Pangkek” (Tabot sudah sempurna bentuknya). Setelah itu baru dol dan Tassa dibunyikan kembali sebagai tanda Tabot telah selesai dibuat. Arak Gedang adalah arak-arakan besar seluruh Tabot yang telah selesai dibuat, juga dimeriahkan dengan adanya Tabot Pembangunan yang dibuat oleh dinas / instansi dan pihak swasta yang turut berpartisipasi pada event Tabot tersebut.

c. Upacara Penutupan
Upacara Penutupan merupakan upacara resmi yang dilakukan oleh Pemerintah daerah yang dihadiri oleh tamu-tamu undangan resmi dari unsure pejabat pemerintah dan duta-duta besar Negara sahabat.Pada malam ini juga biasanya ditampilkan pemenang-pemenang lomba dalam rangka memeriahkan Festival Tabot tersebut.Para tamu undangan, wisatawan dapat menikmati indahnya barisan Tabot bersanding dengan dengan disinari oleh lampu-lampu hias dengan ornamen-ornamen yang beraneka ragam serta hiburan-hiburan yang menarik lainnya.Para pengunjung juga dapat berbelanja souvenir-souvenir menarik khas Bengkulu karena Festival Tabot ini juga didukung dengan kegiatan pameran benda-benda kerajinan.

d. Upacara Arak Tabot Terbuang (10 Muharram)
Merupakan puncak kegiatan Tabot yang dilaksanakan sekitar pukul 09.00 s/d 14.00 Wib, sebagai symbol upacara mengantar jenazah Husein ke Pemakaman Padang Karabela. Sebelum pelaksanaan upacara dimulai, seluruh Tabot yang akan dibuang berkumpul dilapangan terbuka (biasanya di depan Gedung Daerah/Rumah Jabatan Gubernur Bengkulu) dengan diiringi bunyian Dol dan Tassa serta pasukan Drumband, Paguyuban-paguyuban yang membentuk barisan karnaval, kemudian rombongan Tabot/karnaval diarak melalui jalan protocol kota Bengkulu menuju pemakaman di Padang Karabela sebagai tempat pembuangan terakhir, dengan dipimpin oleh Ketua Kerukunan Kaluarga Tabot beserta keluarganya. Di kiri kanan jalan sepanjang jalan protocol yang dilewati oleh karnaval Tabot dibanjiri oleh ribuan masyarakat yang ingin menyaksikan karnaval Tabot tersebut.

2. Kegiatan Penunjang

a. Aneka Lomba Khas Tabot
b. Bazar & Pameran
c. Malam Pesona Tabot

Keberhasilan Festival Tabot sangat bergantung pada dukungan dan partisipasi berbagai pihak baik itu masyarakat Bengkulu, pihak swasta dan instansi terkait serta dunia usaha. Melalui kebersamaan, rasa ikut memiliki dan kemauan untuk berperan serta dalam melestarikan kebudayaan daerah diharapkan Festival Tabot ini akan dapat berjalan dengan sukses dan dapat menjadi magnet daya tarik wisatawan untuk berkunjung ke Bengkulu.



BUGIS-MAKASSAR

Filosofi hidup dan etika moral yang ada di masyarakat Bugis-Makassar:

1. Taro Ada’ Taro Gau’
Taro’ ada’ taro gau’ memiliki makna satu kata satu perbuatan. Artinya, apa yang
diucapkan itu yang juga dilakukan. Bukan lain yang diucapkan, lain juga yang dilakukan.
Prinsip ini juga merupakan simbol loyalitas terhadap apa yang menjiwai masyarakat Bugis-
Makassar itu sendiri dalam bertindak.

2. Sipakatau
Sipakatau merupakan sifat memanusiakan manusia. Artinya, sebagai manusia kita harus
saling menghormati, berbuat santun, dan tidak membeda-bedakan dalam kondisi apapun tanpa
memandang suku, agama, ras, dan golongan kepada sesama manusia.

3. Sipakelebbi
Sipakalebbi merupakan sifat saling memuliakan atau menghargai. Sifat menghargai
artinya manusia merupakan makhluk yang senang jika dipuji dan diperlakukan dengan baik dan
layak. Dan sifat memuliakan memiliki arti sebagai larangan untuk melihat kekurangan yang ada
pada diri orang lain.

4.  Sipakainge’
Sipakainge’ merupakan sifat saling mengingatkan sesama manusia. Hal ini tidak terlepas
dari kekurangan yang dimiliki oleh manusia itu sendiri yang terkadang lupa. Oleh karena itu,
sudah sepatutnya kita untuk saling mengingatkan satu sama lain ketika mereka lupa.

5.  Sipatokkong
Sipatokkong merupakan sifat saling bekerja sama / saling membantu. Sudah sepantasnya
kita sebagai manusia saling membantu ketika ada orang lain yang membutuhkan bantuan kita,
tanpa memandang siapa aku dan siapa dia

Rumah adat bugis memiliki arti filosofi tersendiri bagi masyarakat pemangkunya, Antara
lain:

1. Dunia Atas (Botting langi) : kehidupan diatas alam sadar manusia yang terkait dengan
kepercayaan yang tidak nampak (suci, kebaikan,sugesti, sakral). Sebagaimana dalam
pemahaman masyarakat pemangkunya (Bugis) bahwa dunia atas adalah tempat
bersemayamnya Dewi padi (Sange-Serri). Dengan pemahaman ini banyak masyarakat Bugis
menganggap bahwa bagian atas rumah (Botting langi) dijadikan sebagai tempat
penyimpanan padi atau hasil pertanian lainnya. Selain itu biasa juga dimanfaatkan untuk
tempat persembunyian anak-anak gadis yang sedang dipingit.

2. Dunia Tengah (Ale-Kawa) : Kehidupan dialam sadar manusia yang terkait dengan aktivitas
keseharian. Ale-Kawa atau badan rumah dibagi menjadi tiga bagian: (a). Bagian Depan
dimanfaatkan untuk menerima para kerabat/keluarga serta tempat kegiatan adat. (b) Bagian
Tengah dimanfaatkan untuk ruang tidur orang-orang yang dituakan termasuk kepala
keluarga (Bapak/ibu). (c) Ruang Dalam dimanfaatkan untuk kamar tidur anak-anak

3. Dunia Bawah (Awa Bola/kolong rumah): Terkait dengan media yang digunakan untuk
mencari rejeki, termasuk alat-alat pertanian, tempat menenun, kandang binatang dan tempat
bermain bagi anak-anak

 Pakaian adat masyarakat Bugis-Makassar:
Baju Bodo merupakan pakaian adat Bugis Makassar yang dikenal sebagai salah satu busana
tertua di dunia. Terdiri dari berbagai macam warna baju bodo yang dikenakan oleh perempuan
utamanya dalam acara-acara adat seperti acara pengantin dan acara-acara adat yang lain.
Makna warna Baju Bodo suku Bugis Makassar:
  1. Warna jingga, dipakai oleh perempuan umur 10 tahun.
  2. Warna jingga dan merah digunakan oleh perempuan umur 10-14 tahun.
  3. Warna merah untuk 17-25 tahun.
  4. Warna putih digunakan oleh para inang dan dukun.
  5. Warna hijau diperuntukkan bagi puteri bangsawan
  6. Warna ungu dipakai oleh para janda

 LOMBOK- NUSA TENGGARA BARAT (NTB)

Tari Tandang Mendet



 Kebudayaan Pulau Lombok yang berupa Tarian penuh makna ini memiliki gerakan yang bisa dibagi menjadi dua gerak tari yaitu tari penambung yang memiliki maksud melepaskan doa-doa atau mantra-mantra untuk memperingati makhluk-makhluk yang ada di lingkungan tanah sembalun.Kemudian tarian kedua adalah tarian tombak yang dilakukan oleh prajurit yang gagah pemberani.
Filosofisnya:
Dalam gerak tari tersebut, kita perlu tahu makna-makna setiap gerakannya.Tarian tandang mendet ini dimulai dari keluarnya penari pembawa tameng dan memainkan tameng dan pedang yang dibawanya ini merupakan panglima.Makna dari tarian ini adalah bahwa Bumi Sembahulun masih belum memiliki penduduk, ayunan pedang ka atas lurus mengandung makna menujuk ke arah Tuhan YME atau rasa syukur.Sedangkan ayunan pedang ke bawah mengandung makna bahwa manusia berasal dari tanah.
Kemudian keluarlah penari pembawa tulup serta pembawat yang melambangkan begitu ketatnya pengawalan terhadap panglima dalam mempertahankan alam dan lingkungannya.Kemudian dilanjutkan dengan keluarnya para prajurit.
Kita akan melihat semua penari akan menari bersama-sama atau gerakan tari secara kolektif. Gerakan segitiga dari pembawa tombak merupakan simbol tujuh pasang suami istri yang hidup pada waktu itu.Terdapat juga gerakan baris dua lurus berbanjar melambangkan keselamatan dunia dan akhirat. Baris satu lurus di depan dan baris satu lurus ke belakang melambangkan bahwa dari zaman dahulu hingga kapanpun Pulau Lombok tetap lurus, polos, dan jujur.
Kita juga akan melihat gerakan kerucung yang melambangkan Gunung Rinjani sebagai sumber mata air sepulau Lombok dan simbol bahwa kehidupan manusia itu ada tiga alam yaitu alam kandung, alam dunia, dan alam akhirat. Terdapat juga gerakan silang yang melambangkan kesatuan dan persatuan prajurit dalam mempertahankan keamanan dan kemakmuran masyarakat.Gerakan satu baris lurus memanjang melambangkan pulau Lombok merupakan bumi yang masyarakatnya polos, lurus, dan jujur dalam menjalankan syariat agama. Gerakan yang terakhir gerakan bundar melambangkan kesatuan persatuan semua pihak ,kedamaian ,kesabaran,satu tujuan,satu keyakinan yaitu percaya kepada tuhan yang maha esa.sedangkan gerakan pembawa tameng mengelilingi prajurit di saat barisan bundar maksudnya melambangkan kegigihan pimpinan dalam melindungi dan menganyomi masyarakatnya serta lingkungannya.Dari gerakan tarian tandang mendet ini kita pasti bisa belajar mengenai kehidupan.
Gendang Beleq


  Disebut Gendang Beleq karena salah satu alatnya adalah gendang beleq (gendang besar). Orkestra ini terdiri atas dua buah gendang beleq yang disebut gendang mama (laki-laki) dan gendang nina(perempuan), berfungsi sebagai pembawa dinamika. Sebuah gendang kodeq (gendang kecil), dua buah reog sebagai pembawa melodi masing-masing reog mama, terdiri atas dua nada dan sebuah reog nina, sebuah perembak beleq yang berfungsi sebagai alat ritmis, delapan buah perembak kodeq. Perembak ini paling sedikit enam buah dan paling banyak sepuluh. Berfungsi sebagai alat ritmis, sebuah petuk sebagai alat ritmis, sebuah gong besar sebagai alat ritmis, sebuah gong penyentak, sebagai alat ritmis, sebuah gong oncer, sebagai alat ritmis, dan dua buah bendera maerah tau kuning yang disebut lelontek. Menurut cerita, gendang beleq ini dulu dimainkan kalau ada pesta-pesta kerajaan, sedang kalau ada perang berfungsi sebagai komandan perang, sedang copek sebagai prajuritnya. Kalau perlu datu (raja) ikut berperang, disini payung agung akan digunakan. Sekarang fungsi payung ini ditiru dalam upacara perakawinan.Gendang beleq dapat dimainkan sambil berjalan atau duduk.Komposisi waktu berjalan mempunyai aturan tertentu, berbeda dengan duduk yang tidak mempunyai aturan.pada waktu dimainkan pembawa gendang beleq akan memainkannya sambil menari, demikian juga pembawa petuk, copek dan lelontok.

Filosofisnya: Gendang beleq memiliki nilai filosofi bagi masyarakt sasak alat musik ini memiliki nilai keindahan, ketekunan, kesabaran, kebijakan, ketelitian, dan kepahlawanan ( menurut kata Ketua Majlis Adat Sasak (MAS) Lombok, Mujitahid
Presean 



Kesenian Bela diri ini sudah ada sejak jaman kerajaan-kerajaan di Lombok, awalnya adalah semacam latihan pedang dan perisai sebelum berangkat ke medan pertempuran. Pada perkembangannya hingga kini senjata yang dipakai berupa sebilah rotan dengan lapisan aspal dan pecahan kaca yang dihaluskan, sedangkan perisai (Ende) terbuat dari kulit lembu atau kerbau.Setiap pemainnya/pepadu dilengkapi dengan ikat kepala dan kain panjang.Kesenian ini tak lepas dari upacara ritual dan musik yang membangkitkan semangat untuk berperang. Pertandingan akan dihentikan jika salah satu pepadu mengeluarkan darah atau dihentikan oleh juri. Walaupun perkelahian cukup seru bahkan tak jarang terjadi cidera hingga mengucurkan darah didalam arena., tetapi diluar arena sebagai pepadu yang menjunjung tinggi sportifitas tidak ada dendam diantara mereka. Inilah pepadu Sasak.Festival Periseian diadakan setiap tahun di Kabupaten Lombok Timur dan diikuti oleh pepadu sepulau Lombok.
Filosofis: Walaupun unsur kekarasan terasa, namun sebenernya filosofi tradisi ini untuk menyambung silahturahmi, persahabatan, dan sportifitas. Para pepadu tidak akan menaruh dendam karena tradisi ini tidak mencari lawan melainkan saudara.

Bau Nyale



 Bau Nyale adalah sebuah peristiwa dan tradisi yang sangat melegenda dan mempunyai nilai sakral tinggi bagi suku Sasak.Tradisi ini diawali oleh kisah seorang Putri Raja Tonjang Baru yang sangat cantik yang dipanggil dengan Putri Mandalika.Karena kecantikannya itu para Putra Raja, memperebutkan untuk meminangnya. Jika salah satu Putra raja ditolak pinangannya maka akan menimbulkan peperangan. Sang Putri mengambil keputusan pada tanggal 20 bulan kesepuluh untuk menceburkan diri ke laut lepas.Dipercaya oleh masyarakat hingga kini bahwa Nyale adalah jelmaan dari Putri Mandalika. Nyale adalah sejenis binatang laut berkembang biak dengan bertelur, perkelaminan antara jantan dan betina. Upacara ini diadakan setahun sekali.Bagi masyarakat Sasak, Nyale dipergunakan untuk bermacam-macam keperluan seperti santapan (Emping Nyale), ditaburkan ke sawah untuk kesuburan padi, lauk pauk, obat kuat dan lainnya yang bersifat magis sesuai dengan keyakinan masing-masing.




Ada hal lain yang tidak kalah unik dari Bau Nyale ini. Perlu kita ketahui, percaya atau tidak, Bau Nyale ini juga kabarnya bisa menjadi acuan perubahan musim bagi warga Lombok.Hadirnya Acara Bau Nyale ini, kerap dijadikan sebagai acuan berhentinya musim penghujan di wilayah Lombok. Menurut masyarakat setempat, biasanya setelah Bau Nyale di selenggarakan, intensitas hujan di Pulau Lombok cenderung berkurang.Tidak hanya itu, cuaca di wilayah tersebut juga turut berubah menjadi lebih cerah.

Berbicara tentang apa filosofi dari legenda putri mandalika yang terjun ke laut dan berubah wujud menjadi nyale ini ternyata memiliki banyak makna dan menurut saya ada beberapa hal yang bisa kita petik dari 

Filosofisnya:
1. Sikap rela berkorban dari seorang putri yang rela mengorbankan nyawanya hanya untuk menghindari peperangan antara pangeran yang jika itu terjadi maka yang menjadi sengsara adalah masyarakat sendiri. Aertinya bahwa seorang pemimpin haruslah lebih peduli kepada masyarakatnya dan bila perlu harus mau berkorban demi kepentingan masyarakat dan selalu mengedepankan pada kepentingan orang banyak atau masyarakat.Sikap peduli dan merakyat inilah yang harus menjadi tauladan dari setiap pemimpin, bukan saja bagi pemimpin yang ada di Lombok tetapi pemimpin di negeri kita tercinta Indonesia.
2. Bau nyale adalah event pesta ekonomi (pasar gratis) yang bagi semua orang atau siapa saja bisa ikut di dalamnya. Ini artinya bahwa tidak boleh ada seorangpun yang berhak untuk memprivitisasi-nya.dan ini adalah salah satu karunia tuhan yang harus dinikmati oleh semua orang baik dia itu orang miskin/orang yang tidak punya uang (modal).sehingga bau nyale ini harus dijadikan refrensi bagi pemerintah untuk menata sitem prekonomian nasional agar semua sumber daya alam yang terdapat di bumi indonesia benar-benar dinikmati oleh semua rakyat bukan hanya dinikmati oleh segelintir orang yang notaben-nya orang pemodal dengan kata lain sama rasa sama rata (di siosialisasikan saja).


 Upacara Rebo Bontong



Ritual Rebo Bontong (Rebo Buntung) merupakan Tradisi Budaya masyarakat Desa Pringgabaya yang dipusatkan di Dusun Ketapang (Daerah Pesisir Pantai) sejak berabad-abad lamanya secara turun-temurun.  Diadakan tiap tahun  dalam kurun waktu minggu keempat bulan Safar.  Ritual ini merupakan  perwujudan ungkapan rasa syukur kepada Allah Swt dan bersinergi dengan ungkapan kebersamaan serta menjunjung tinggi  kelestarian kearifan lokal Pantai Pesisir, sebagai bagian dari SDA yang memberi banyak manfaat bagi kemaslahatan ummat Manusia.Sementara pada bulan Safar diadakan  Ritual Rebo Buntung, dan Tetulak Tamperan pada minggu keempat. Ritual Rebo Buntung yang dilaksanakan secara sistematis merupakan Tradisi Budaya masyarkat Suku Sasak khususnya di Desa Pringgabaya yang mengandung nilai luhur dan filosofi kehidupan sebagai masyarakat yang berbudaya dan beragama. Terdapat adanya kesadaran yang tinggi  sebagai makhluk sosial dalam menata diri dan lingkungan sekitar dalam nuansa keseimbangan dan keselarasan untuk kemudian  segalanya  kembali kepada Sang Khaliq.
Rebo Buntung, dalam penanggalan Hijriah menurut tokoh  masyarakat Islam suku Sasak terdahulu, merupakan  bulan Safar yang berakhir pada hari Rabu ba’da Ashar (sebelum Magrib tiba) yang langsung disambut oleh masuknya awal bulan Rabi’ul Awal. Sehingga nampak sebagai hari Rabu yang terpotong (Sasak: buntung). Kondisi tersebut  diyakini akan turun bala’ berupa penyakit, sehingga masyarakat diingatkan untuk betul-betul berserah diri kepada Allah Swt. dengan peningkatan Ibadah dan amal shaleh.
Oleh para tokoh masyarakat Islam (pesisir pantai) kemudian melakukan  kegiatan yang  dikenal sebagai Ritual Rebo Buntung. Persiapannya dimulai ba’da ashar ditandai dengan pembacaan Takepan Tapel Adam (seperti saat Tatulak Desa) dan pembuatan Sonsonan 7 (sonsonan 5 pada Tatulak Desa) serta ancak sesaji hingga menjelang waktu subuh. Selanjutnya ancak sesaji diarak ke pesisir pantai untuk dilepas/dibuang ke tengah arus ombak laut. Ritual ini kemudian dikenal sebagai  Ritual Rebo Buntung.
Pada hari Rebo Buntung ini, masyarakat dianjurkan untuk tidak ringgal di rumah, dalam artian masyarakat diingatkan untuk menghormati Ritual Rebo Buntung yang puncak acaranya dilaksanakan di pesisir pantai. Selanjutnya masyarakat pun dapat menikmati indahnya hawa segar pantai sambil mandi. Kejadian ini sangat langka, dan menjadi tradisi bagi masyarakat Suku Sasak khususnya di Dusun Pesisir Ketapang Desa Pringgabaya untuk melaksanakannya rutin setiap tahun. Kegiatan seperti ini juga dilakukan di pantai Lombok Utara yang dikenal sebagai  ritual mandi shafar, meskipun tanpa acara seperti di Pantai Tanjung Menangis Dusun Ketapang Desa Pringgabaya.
Makna filosofi yang terkandung dalam ritual Rebo Buntung dapat diketahui dari penuturan tokoh masyarakat. Ancak (dalam bentuk tandu berhias janur) berisikan sesajian aneka kebutuhan berupa hasil bumi baik dalam keadaan segar maupun olahan, mulai dari beras-berasan, kue/jajanan tradisional hingga buah-buahan. Ancak inilah yang dibuang ke laut diawali dengan pembuangan kepala kerbau. Sepintas memang berbau mistis yang dipandang sebagai sesajian bagi penguasa laut (seperti kepercayaan yang banyak berkembang di tengah masyarakat), namun sebenarnya itu semua sebagai ungkapan rasa syukur kepada Allah Swt. dengan perwujudan berbagi rizqi kepada masyarakat di sekitar wilayah pantai, tak ketinggalan berbagi dengan lingkungan laut (seperti ikan dll) sebagai sarana utama dan sebagai tempat/lahan dalam mencari rizqi. Sebagai ummat beragama, dengan berbagi di Rebo Buntung ini diharapkan kehidupan dan aktivitas sehari-hari masyarakat mendapat \ridlo dan keberkahan dari Allah Swt.
Dalam kerangka perspektif budaya, ritual Rebo Buntung merupakan asset budaya daerah yang potensial sehingga keberadaannya ikut memperkaya khazanah budaya daerah sebagai penyusun kekuatan khazanah budaya nasional bangsa dan tanah air Indonesia yang ber-Bhinneka Tunggal Ika.
Sebagai salah satu Budaya peninggalan masa lalu yang banyak mengandung nilai-nilai luhur, bernilai sangat positif  bagi masyarakat dan generasi masa mendatang dalam rangka menata diri dan lingkungan. Termasuk mengambil hikmah dari nilai luhur peninggalan budaya masa lampau yang banyak mengandung pesan moral.

 Berikut ini ada beberapa jenis – jenis kain yang berasal dari Lombok – NTB,yaitu:

Motif Subhanale



Corak Tenunan Desa Sukarara khususnya dengan motif yang indah dan mempunyai ciri khas tersendiri seperti tenunan yang terkenal dengan motif “Subhanale“. Konon seorang penenun saat itu merasa puas dengan hasil tenunannya serta merta mengucapkan kalimat “Subhanallah“ yang artinya Maha Suci Allah (Tuhan Yang Maha Esa), akibat dipengaruhi ucapannya dan  serta merta mengucapkan kalimat tersebut suatu ungkapan kata yang mengagungkan Allah, maka lahirlah nama Subhanale.





Motif subhanale mempunyai makna keikhlasan dan kesabaran serta berserah kepada Tuhan Yang Maha Esa. Pada mulanya yang dinamakan Motif Subhanalle adalah motif geometris segi enam, didalamnya diberi isian atu dekorasi berbagai bentuk bunga seperti bunga remawa, kenanga, tanjung, warna dasar kain merah atau hitam bergaris-garis geometris warna kuning. Dan motif Subhanalle banyak ragamnya . Penggunaan biasanya digunakan oleh kaum pria dan wanita untuk pakaian acara pesta atau upacara adat.


  Motif Keker



Motif Keker menggambarkan kedamaian dalam memadu kasih sambil bernaung di bawah pohon.  Motif Keker merupakan motif klasik, digambarkan berupa hewan merak berhadap-hadapan yang bernaung di bawah pohon.Motif Keker ini mencerminkan kebahagiaan dan kedamaian dalam memadu kasih di bawah pohon.Motif keker menggunakan dasar benang katun dan berkembang menjadi benang sutra.Seiring dengan berjalannya waktu, motif keker berbahan benang emas atau perak.Penggunaan kain tenun dengan motif keker ini sebagai pakaian pesta.
  Motif nanas



Motif nanas menceritakan tentang masyarakat lombok biasanya menanam pohon nanas sebagai mata pencaharian tambahan Motif ini digunakan sebagai bahan pakaian atau sarung. Kain tenun motif ini biasanya dikenakan pada kaum pria dan wanita untuk pakaian sehari-hari.

  Motif Tokek


Masyarakat Lombok khususnya suku Sasak menyakin keberadaan tokek sebagai hewan pembawa keberuntungan.Jadi dengan mengenakan kain tenun yang bermotif tokek, diyakini mampu memberikan keberuntungan bagi pemakainya tersebut.


   Daftar pustaka:



















Komentar

Postingan populer dari blog ini

About Myself

First Day At College